DEV Community

Nandan Ramdani
Nandan Ramdani

Posted on

Best Practices untuk Proyek Software Production Grade

#programming #production #tips #fullstack

Membangun proyek software yang scalable, maintainable, dan bebas dari bug bukan cuma soal nulis kode yang jalan, tapi juga tentang aturan, proses, dan tooling yang konsisten. Berikut beberapa praktik terbaik yang biasa diterapkan di industri.

1. Konsistensi Penulisan Kode

a. Code Formatting

  • Gunakan tool formatter resmi tiap bahasa:

    • Go → gofmt / goimports
    • JavaScript/TypeScript → Prettier

  • Atur format agar otomatis dijalankan sebelum commit (pre-commit hook) atau build.

  • Tujuan: meminimalkan perdebatan soal style, mempermudah review.

b. Linting

  • Gunakan linter untuk cek kualitas kode:

    • Go → golangci-lint
    • JS/TS → ESLint

  • Linter bisa mendeteksi:

    • Bug potensial
    • Variabel yang tidak terpakai
    • Fungsi terlalu kompleks
    • Anti-pattern

  • Integrasikan ke CI/CD pipeline agar tidak ada kode “bad practice” yang masuk ke main branch.

2. Struktur Proyek dan Modul

  • Pisahkan layer logika bisnis, data, dan API.
  • Gunakan struktur folder konsisten: 
  /cmd      → entry points
  /internal → kode internal (tidak diekspos)
  /pkg      → library reusable
  /tests    → test unit / integrasi
  /configs  → konfigurasi environment
Enter fullscreen mode Exit fullscreen mode
  • Dokumentasikan konvensi penamaan dan struktur folder di README atau CONTRIBUTING.md.

3. Testing yang Lengkap

a. Jenis Test

  1. Unit Test
  • Test fungsi atau modul secara terisolasi.

  • Contoh: fungsi kalkulasi, validasi input.

    1. Integration Test

  • Test interaksi antar modul atau dengan database/layanan eksternal.

    1. End-to-End (E2E) Test

  • Simulasi alur pengguna secara lengkap.

  • Biasanya untuk API atau UI.

b. Coverage & Quality

  • Target minimal 80–90% coverage (tergantung project).
  • Jalankan test otomatis via CI/CD sebelum merge.

c. Testing Tool

  • Go → go test, bisa dikombinasi testify untuk assertions.
  • Node.js → Jest atau Mocha/Chai.

4. CI/CD dan Automation

  • Gunakan pipeline untuk otomatisasi:

    • Linting
    • Formatting
    • Build
    • Testing

  • Tools populer:

    • GitHub Actions
    • GitLab CI/CD
    • Jenkins

  • Keuntungannya:

    • Tidak ada kode buruk yang masuk main branch.
    • Feedback lebih cepat untuk developer.

5. Versioning & Branching

  • Gunakan Git Flow atau Trunk Based Development.

  • Aturan branch:

    • main / master → selalu production-ready
    • develop → integrasi fitur
    • feature/* → pengembangan fitur baru

  • Gunakan Semantic Versioning (SemVer) untuk release:

  MAJOR.MINOR.PATCH
Enter fullscreen mode Exit fullscreen mode

6. Dokumentasi & Code Comment

  • Dokumentasikan:

    • API endpoints
    • Modul/fungsi penting
    • Konfigurasi environment

  • Tools populer:

    • Go → Godoc
    • JS/TS → JSDoc / TypeDoc

  • Tujuan: mempermudah developer baru memahami project.

7. Logging & Error Handling

  • Gunakan sistem logging standar, jangan console.log / fmt.Println di production.

  • Struktur error handling:

    • Tangani error di level fungsi
    • Jangan suppress error penting

  • Tools logging populer:

    • Go → zap, logrus
    • Node.js → winston, pino

8. Security & Secrets Management

  • Jangan commit API keys, password, atau secrets.

  • Gunakan:

    • Environment variables (.env + .gitignore)
    • Secret manager (AWS Secrets Manager, HashiCorp Vault)

  • Validasi input untuk mencegah SQL injection / XSS.

9. Dependency Management

  • Go → go mod tidy untuk membersihkan dependency.
  • Node.js → npm audit untuk cek vulnerability.
  • Update dependency secara rutin tapi hati-hati dengan breaking change.

10. Monitoring & Observability

  • Production-grade project biasanya punya:

    • Metrics → request latency, CPU/memory usage
    • Tracing → OpenTelemetry, Jaeger
    • Error reporting → Sentry, Rollbar

  • Tujuannya: cepat deteksi masalah di production.

11. Code Review & Collaboration

  • Semua perubahan harus pull request → review oleh tim.

  • Checklist sebelum merge:

    • Lint & format OK
    • Test pass
    • Dokumentasi update
    • Tidak ada secrets

💡 Kesimpulan

Proyek yang production-grade bukan hanya soal kode yang jalan. Tapi kombinasi konsistensi, testing, linting, CI/CD, dokumentasi, dan monitoring. Tool seperti formatter, linter, test framework, dan CI/CD pipeline membuat proses development lebih efisien dan kode lebih aman untuk produksi.

Top comments (0)