Dalam dunia yang semakin bergantung pada teknologi, aplikasi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari aplikasi pada smartphone kita untuk tetap eksis di sosial media, sampai ke aplikasi jasa yang kita gunakan sehari-hari.
Dalam proses pengembangan sebuah produk atau aplikasi, QA Engineer bertanggung jawab untuk melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat. Hal ini dibutuhkan demi memastikan bahwa sistem yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan sebelumnya sehingga menghasilkan sistem yang terjamin kualitasnya.
Seorang Software Tester Profesional akan mempelajari berbagai teknik pengujian aplikasi digital agar bisa ditemukan kesalahan yang mungkin terjadi, mengidentifikasi masalah, hingga upaya agar masalah bisa dicegah.
Meski demikian, peran QA Engineer di dalam sebuah tim seringkali kurang dianggap karena mereka terkesan tidak memiliki keahlian khusus, berbeda dengan developer atau designer. Bahkan beberapa tim justru meniadakan posisi QA Engineer dalam proses pengembangan produk atau aplikasi.
Pun seperti profesi lain seperti penulis dengan editor, akuntan, reviewer, adalah orang yang berbeda dan independen, seorang Software Tester Profesional (atau nama lainnya biasa disebut Quality Assurance, SDET) akan menawarkan perpektif yang berbeda dari pengujian yang dilakukan oleh developer, product manager, ataupun end user.
QA Engineer mempunyai beberapa tanggung jawab, yaitu:
- Melakukan end to end test friendly sampai ke user,
- Menguji fungsionalitas, dan
- Memastikan bahwa aplikasi tahan banting atau tidak gampang eror.
Ketika bug muncul, maka hal yang perlu dilakukan oleh QA Engineer adalah melakukan reject terhadap fungsi tersebut dan mengakibatkan produk atau aplikasi tidak bisa dipindahkan ke production. Dampaknya, apa yang telah dikerjakan oleh developer atau designer seperti sia-sia.
Bagi QA Engineer yang tidak “tegaan” bisa saja bug kecil tidak dianggap dan diluluskan saja. Namun sebaliknya, bagi QA Engineer yang “tegaan”, sekecil apapun bug yang ada, maka produk atau aplikasi tersebut harus dinyatakan tidak layak untuk digunakan.
Tujuan
penguji profesional diantaranya (tidak terbatas pada ini) adalah sebagai berikut.
Menjaga Kualitas Produk yang Prima
Seorang penguji profesional akan melaksanakan berbagai macam pengujian, eksperimen, hingga simulasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan memperbaiki kesalahan aplikasi sebelum peluncuran ke pengguna.
Hal ini akan mengurangi risiko perangkat lunak mengalami masalah atau kegagalan yang bisa berdampak buruk pada pengguna. Tentu perusahaan tidak mau menjadi viral di dunia maya karena dikritik oleh netizen Indonesia.
Efisiensi Biaya dan Waktu Pengembangan
Dengan mengidentifikasi bugs/eror sedini mungkin, developer dapat memperbaiki masalah sebelum bugs tersebut bermutasi menjadi lebih kompleks, dan proses perbaikannya pun relatif lebih cepat karena ingatan developer masih sangat jelas akan kode yang belum lama dia buat.
Meningkatkan Keamanan
Keamanan adalah salah satu aspek kritis dalam pengembangan perangkat lunak. Software testing pun akan menguji sis kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh penjahat siber.
Memenuhi Persyaratan dan Kepatuhan Regulasi
Dalam beberapa industri, ada persyaratan dan regulasi ketat yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Software testing membantu memastikan bahwa perangkat lunak mematuhi standar dan persyaratan yang ditetapkan oleh badan pengatur dan pelanggan. Kepatuhan ini penting untuk menghindari denda, sanksi, dan kerugian reputasi.
Meraih Kepuasan Pelanggan
Software yang telah diuji secara menyeluruh cenderung lebih andal, efisien, dan mudah digunakan. Hal ini berarti bahwa pengguna akan memiliki pengalaman yang lebih baik saat menggunakan perangkat lunak, yang pada gilirannya akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Redaksional :
Fachrul Choliluddin | QA Engineer ex-Gojek, YC S21 Uni Emirate
Andria Sufy | QA Engineer at CODEX Telkom
Top comments (0)