DEV Community

Zaky Wildan
Zaky Wildan

Posted on

PKI vs Kyai dan Santri: Ketika Ideologi Bertemu dengan Pesantren

Siapa sangka, kawan-kawan pesantren kita juga pernah berhadapan dengan ideologi yang cukup seram? Bukan soal perdebatan tafsir agama atau khilafiah, melainkan benturan langsung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Kalau ini bukan tanding silat antar pendekar, tapi pertempuran gagasan dan nyawa. Serius!

Kita tahu, pada tahun 1948 dan puncaknya di tahun 1965, PKI benar-benar ingin mengubah wajah negeri ini. Mereka bukan cuma ingin menguasai ekonomi, tapi juga menyebarkan paham komunis yang tidak bersahabat dengan agama, termasuk Islam. Pada masa itu, pesantren dan para kyai dianggap sebagai ancaman besar oleh PKI. Dan ketika ancaman ini semakin menguat, para kyai dan santri jadi sasaran kekejaman yang tidak main-main.

*Kekejaman yang Menyayat Nurani
Mari kita ambil contoh insiden tragis yang terjadi di Madiun pada tahun 1948. Peristiwa ini sering disebut *Peristiwa Madiun
—momen kelam ketika PKI melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan Indonesia. Banyak tokoh agama, terutama kyai dan santri, menjadi korban dalam aksi ini. Salah satu kisah yang cukup menyayat hati adalah pembunuhan terhadap Kyai Soelama dari Ponpes Kresek. Sang kyai yang dihormati ini, bersama santri-santrinya, ditangkap, disiksa, dan akhirnya dibunuh oleh pasukan PKI.

Tapi tunggu, lucunya (walaupun ironis), PKI sendiri kelihatannya tidak sadar bahwa mereka sedang "mencoba" berhadapan dengan komunitas yang dikenal sabar, namun sangat gigih. Santri, meskipun wajahnya teduh, ternyata bisa lebih berani daripada superhero Marvel jika tanah air dan agama mereka terancam. Siapa sangka?

Santri Bukan Hanya Hafalan, Tapi Juga Perlawanan

Salah satu perlawanan santri yang terkenal terjadi di Jombang. Di sini, tokoh besar seperti KH. Hasyim Asy'ari dan para kyai lainnya tidak tinggal diam. Meski PKI mencoba menyusup dan menghasut, mereka dihadapkan dengan tembok besar—tembok doa dan keteguhan iman. Para santri dengan gagah berani melawan tekanan dan ancaman yang dilancarkan oleh PKI. Bukan cuma lewat khutbah, tapi juga lewat tindakan nyata.

Faktanya, ketika santri diminta menjaga pesantren dari ancaman. Mereka tidak sekadar mengandalkan doa! Mereka siap bertempur kalau perlu. Bayangkan santri yang biasanya sibuk dengan kitab kuning, tiba-tiba beralih memegang senjata, siap menghadapi PKI dengan gaya santai tapi serius. Tentu ini bukan skenario yang biasa kita bayangkan dari kehidupan pesantren, kan?**

Bukti Kekejaman PKI terhadap Ulama dan Santri
Tentu, semua ini bukan cuma cerita belaka. Ada banyak bukti sejarah yang menunjukkan kekejaman PKI terhadap para ulama dan santri. Salah satu bukti paling konkret adalah laporan dari pihak militer dan catatan pemerintah setelah operasi penumpasan PKI pasca pemberontakan. Di beberapa wilayah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta, banyak ditemukan makam massal yang berisi korban kekejaman PKI, termasuk para kyai dan santri yang dibunuh tanpa ampun.
Misalnya, dalam buku "PKI Bergerak" yang ditulis oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, dijelaskan bagaimana para kyai dan tokoh agama lainnya menjadi sasaran utama pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Mereka dituduh sebagai antek kapitalis dan feodalis, label yang pada saat itu sudah cukup untuk menghilangkan nyawa seseorang.
Dapatkah kalian membayangkan, label-label seperti itu pada saat ini hanya jadi bahan guyonan atau perdebatan biasa di sosial media. Namun pada saat itu, label 'feodal' mengandung konsekuensi yang dapat menghilangkan nyawa melayang. Ironi, bukan?**

Bagaimana Santri Melawan?
Jika bicara soal bagaimana santri melawan PKI, kita harus ingat bahwa senjata utama mereka bukan hanya pedang atau bambu runcing, tapi keyakinan. Para kyai seperti KH. Wahid Hasyim dan KH. Hasyim Asy’ari mengobarkan semangat jihad melawan komunisme yang dianggap sebagai ancaman terhadap agama dan bangsa. Tindakan ini bahkan mendapat dukungan dari pemerintah dan militer, sehingga akhirnya upaya PKI berhasil dipadamkan.
Peran santri dalam mempertahankan agama dan negara di masa itu tidak hanya terbatas pada pertahanan moral, tapi juga ikut terlibat dalam perlawanan fisik. Mereka berani angkat senjata, berjuang untuk menjaga keutuhan bangsa, dan melawan ideologi yang dianggap menyesatkan.
Jadi, kalau kamu pikir santri itu cuma sibuk hafalan dan mengaji, coba bayangkan mereka dengan sarung sambil bawa bambu runcing. Bukan cuma hafal Al-Fatihah, tapi juga siap membela agama dengan segenap jiwa dan raga. Ini baru namanya "santri militan"!**

Kesimpulan: Santri dan Kyai, Pahlawan dalam Diam
Pada akhirnya, santri dan kyai memainkan peran penting dalam menjaga bangsa ini dari ancaman ideologi yang berusaha menghapus agama dari kehidupan bangsa. Walaupun banyak dari mereka yang menjadi korban kekejaman PKI, semangat dan perjuangan mereka tidak pernah pudar. Mereka berjuang tidak hanya untuk agama, tapi juga untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
Dan tentu saja, sejarah ini penting untuk selalu diingat agar kita tidak melupakan jasa besar mereka.

Moral of the story: Jangan remehkan santri. Mungkin terlihat kalem, tapi ketika sudah bicara soal prinsip, mereka bisa jadi lebih "tajam" dari yang kita bayangkan!

Top comments (0)