DEV Community

Mumtaz
Mumtaz

Posted on

Mau Jadi Front-End Developer? Kenalan Dulu Sama React biar Jadi Idaman HRD!

Daftar Isi

  1. Asal-Usul React
  2. Apa itu React?
  3. Mengapa Pakai React?
  4. Kegunaan React dan Implementasinya
  5. Kelebihan React
  6. Tantangan di Dalamnya
  7. Apa Selanjutnya?

Asal-Usul React

Coba deh kamu scroll lowongan kerja sebagai front-end developer. Seberapa sering kamu menemukan kata 'React'? Jawabannya: sering banget. Menurut survei Stack Overflow 2024 dengan 48 ribu responden, React menjadi salah satu library front-end yang populer dan dipake sama 39.5% developer. Di sisi lain, State of JS 2024 juga nunjukin React masih jadi rajanya front-end: 82% developer udah pernah pake dan 75% dari mereka masih betah menggunakannya. Bahkan, awareness React tembus 99% alias hampir semua developer di dunia tau React. Jadi, wajar banget kalo React udah dianggap skill wajib. Makanya, kalo kamu serius mau jadi front-end developer idaman HRD, mau nggak mau mesti kenalan dulu sama si React.

React lahir dari dapurnya Facebook sekitar tahun 2011. Ketika itu, tim engineer mereka kesulitan ngatur perubahan data yang bikin tampilan web ikut berubah. Bayangin kamu lagi scroll Instagram, terus ngelike satu video, tapi seluruh halaman langsung memuat ulang. Hal ini membuat lemot dan sering error.

Akhirnya, salah satu engineer Facebook, Jordan Walke, bikin library JavaScript yang bisa memecah UI menjadi komponen-komponen kecil biar gampang diatur. React resmi dirilis ke publik tahun 2013. Sejak itu React menjadi solusi buat bikin web yang responsif, ringan, dan nggak perlu reload total setiap ada perubahan data.

Apa itu React?

React itu library JavaScript buat bikin UI (User Interface) alias tampilan web. Dengan React, kamu bisa membagi tampilan menjadi bagian-bagian kecil yang disebut komponen. Setiap komponen bisa diatur, dipakai ulang, dan di-update dengan gampang. Contohnya: tombol, header, dan daftar produk. Semua bagian bisa menjadi komponen React.

Contoh simpel kodenya:

function ButtonLike() {
    return <button>Like</button>
}
Enter fullscreen mode Exit fullscreen mode

Kode di atas akan memunculkan komponen berupa tombol 'Like' di halaman web.

Mengapa Pakai React?

Nah ini bagian penting biar kamu paham bagaimana React membuat perbedaan.

Sebelum ada React:

Website kayak rangkaian listrik seri. Kalo ada satu lampu yang konslet, semua alat lain kayak rice cooker, AC, kipas angin ikut mati. Dalam hal ini, apabila terdapat error pada satu komponen, misal kolom komentar, satu halaman web turut tidak bisa berfungsi dengan baik karena mereka satu kesatuan.

Setelah ada React:

Website jadi kayak rangkaian listrik paralel. Kalo satu lampu rusak? Cuma lampu itu yang padam. Aliran listrik lain tetap berjalan. Dalam hal ini, kalo bagian kolom komentar sedang error saat kamu menonton video TikTok, kamu tetap bisa menonton, membagikan, menyukai video tersebut. Jadi, developer hanya perlu berfokus untuk memperbaiki satu bagian tersebut.

Kunci di balik efisiensi ini adalah konsep Virtual DOM. React bikin salinan ringan dari tampilan web (Virtual DOM). Kalo ada perubahan, React membandingkan Virtual DOM lama dengan yang baru dan cuma update bagian yang berubah di Real DOM (tampilan web sesungguhnya). Hasilnya? Aplikasi terasa cepat dan efisien.

Kegunaan React dan Implementasinya

Kalo kamu bikin web pakai JavaScript biasa, tiap ada perubahan data, kamu perlu atur semuanya sendiri. Misalnya buat daftar produk, kalo ada satu item yang berubah, kamu harus hapus, ubah, dan pasang lagi semuanya dari awal. Ini jelas ribet dan kalo webnya udah besar, bisa bikin lemot.

Dengan React, kamu bikin komponen (bagian-bagian kecil dari tampilan web) kayak tombol, header, atau daftar produk secara terpisah. Jadi, kalo ada data berubah, React cuma update bagian tersebut, bukan seluruh halaman. Jadi, website lebih cepat dan kode lebih rapi.

Contoh implementasi nyata:

  • Toko online: Daftar produk, harga, stok, semuanya jadi komponen. Kalo stok berubah, React cuma update bagian stok.
  • Komentar di media sosial: Komentar baru akan muncul otomatis tanpa refresh seluruh halaman.
  • Tombol like/dislike: Klik tombolnya hanya mengganti status tombol (aktif/tidak).

Kelebihan React

Setelah tau cara kerjanya, kamu pasti paham kenapa React jadi andalan.

1) Hemat waktu. Komponen bisa dipakai ulang, jadi nggak perlu bikin halaman web dari nol terus.

2) Efisien. Tampilan web bisa berubah tanpa reload total.

3) Digunakan banyak perusahaan. Artinya peluang kerja pun besar kalo kamu menguasai React. Beberapa perusahaan tersebut ialah Tokopedia, Ruangguru, Gojek, dan Traveloka.

4) Komunitas luas. Dengan begitu, banyak tutorial, library tambahan, sampai jawaban Stack Overflow yang siap bantu kalo kamu punya kendala.

Tantangan di Dalamnya

Walaupun punya segudang keunggulan, bukan berarti React tanpa cela. Tapi, jangan lihat ini sebagai hambatan. Anggap saja tantangan yang bakal ngebuat kamu naik level kalau bisa menghadapinya.

1) Kurva pembelajarannya curam

React keliatannya gampang di awal karena JSX-nya mirip HTML. Namun, tantangan mulai terasa saat aplikasi yang dibuat semakin besar. Misalnya, saat data perlu dibagi ke banyak komponen yang letaknya berjauhan. Data harus dipindahin lewat banyak komponen perantara yang bikin kode jadi rumit dan sulit dirawat.

Selain itu, kalau ada banyak komponen yang perlu ditampilkan sekaligus, performa bisa menurun. Jadi, kamu juga perlu mempelajari teknik optimasi seperti React.memo, lazy loading, atau cara lain agar web tetap berjalan stabil.

2) Butuh banyak library tambahan

React berfokus pada tampilan (UI). Kalau kamu mau buat aplikasi lengkap, kamu perlu install library lain kayak React Router, Axios, dan sebagainya.

3) Perubahan ekosistemnya cepat

Library yang populer tahun lalu bisa aja sekarang udah nggak digunakan. Jadi, kamu harus siap untuk terus belajar hal baru agar tetap update.

4) Kurang optimal untuk SEO

Web React sebenernya udah bisa dibaca sama Google dan mesin pencari lainnya. Tapi ada satu hal yang bikin prosesnya agak ribet: React ngerender halaman di browser, bukan di server langsung.

Artinya, waktu Google buka halaman web yang dibuat pake React, kontennya baru muncul setelah JavaScript dijalankan. Ini bikin Google butuh waktu lebih lama buat baca semua isi halaman. Kadang ada bagian yang nggak kebaca sama sekali.

Kalo kamu pengen website tampil optimal di hasil pencarian, kamu bisa pakai framework tambahan kayak Next.js. Dengan begitu, halaman bisa dirender langsung di server atau dibikin versi statis. Jadi, mesin pencari bisa langsung lihat semua konten tanpa nunggu JavaScript jalan dulu.

5) Overkill untuk project kecil

Pakai React buat halaman yang statis atau web sederhana itu kayak kamu masak satu telur pakai satu kilogram garam. HTML, CSS, dan JavaScript biasa pun udah cukup.

Langkah Selanjutnya Setelah Kenalan Sama React?

Sekarang pertanyaan paling penting: abis kenalan sama React, apa langkah selanjutnya?

1) Pastikan JavaScriptmu udah kuat.

Ini adalah pondasi. Minimal kamu udah paham variabel, fungsi, array, object, dan method kayak map() atau filter(). Kalau ini aman, dalami lagi React.

2) Bikin project kecil pakai React

Teori doang nggak akan cukup. Coba bikin aplikasi sederhana pakai React biar ngerti cara kerja state dan props.

3) Pelajari konsep inti React sambil praktek

Fokus dulu ke komponen, state, dan props. Kode React itu mudah dibaca, tapi sulit kalau kamu hanya paham teori. Semakin sering praktek, kamu akan semakin paham alurnya.

Gimana, siap berproses untuk menjadi front-end developer idaman?

Sumber:
https://2024.stateofjs.com/en-US/libraries/front-end-frameworks/
https://survey.stackoverflow.co/2024/technology#2-web-frameworks-and-technologies

Top comments (0)