Hai teman-teman! Kali ini, aku mau berbagi tentang pelajaran berharga soal leadership yang aku temukan dari sebuah video reels parenting. Kedengarannya menarik, kan?
This image was created with the help of partyrock.aws
Sebelum masuk ke ceritanya, aku kasih sedikit latar belakang dulu ya. Saat ini, aku adalah seorang leader baru di salah satu tech startup di Medan. Karena masih baru, aku selalu berusaha belajar dan terus mengamati berbagai hal agar bisa terus berkembang, terutama dalam hal leadership.
Di tempat kerja, setiap akhir bulan, kami punya sesi feedback 360. Di sesi ini, setiap anggota tim saling memberi apresiasi dan juga masukan untuk perbaikan. Ini juga jadi momen aku buat mengamati leader lain, termasuk atasan, terutama saat mereka menerima feedback yang konstruktif dari tim.
Biasanya, kalau aku melihat leader lain dapat feedback yang cukup tegas, aku coba membayangkan diri di posisi mereka. Aku berpikir, “Kalau aku yang dapat feedback ini, bagaimana aku akan merespons dan apa langkah yang harus aku ambil untuk memperbaiki diri?” Setelah itu, aku bandingkan dengan solusi yang dipilih oleh leader tersebut. Kalau beda, aku suka diskusi dengan mereka untuk memahami alasan di balik pilihan mereka. Dari sini, aku bisa belajar banyak tentang cara berpikir mereka.
Nah, suatu hari, di sesi feedback, ada anggota tim dari divisi lain yang memberikan masukan ke leader mereka. Feedback-nya kurang lebih begini:
“Kak Amer akhir-akhir ini fokusnya cuma ke anggota tim yang baru. Kita yang lama jadi kurang diperhatikan, komunikasi juga jarang, nggak seperti dulu. Sementara ke anggota tim baru, dia sangat perhatian.”
_FYI, nama Kak Amer ini nama samaran ya, karena aku belum izin pakai nama aslinya. Dan sebelum ada yang nanya, Amer di sini juga bukan Anggur Merah ya _😂😂
Waktu mendengar feedback ini, aku agak terkejut, karena aku juga sering seperti itu ke timku. Biasanya, aku berpikir anggota tim yang sudah lama lebih mandiri dan nggak perlu di-micromanage. Fokusku lebih ke anggota tim baru yang masih perlu penyesuaian dan bimbingan. Jadi, aku sempat bertanya-tanya, kenapa hal ini jadi feedback? Bukannya lebih logis kalau yang perlu perhatian lebih itu yang baru?
Lalu, suatu sore, saat aku lagi scroll reels di Instagram, aku menemukan video parenting yang ngena banget. Di video itu, ada seorang ibu yang sedang menyuapi anak bungsunya, sementara anak sulungnya bertanya:
Anak: “Mami, mami udah nggak sayang aku lagi ya?”
Mami: (kaget) “Sayang dong! Kenapa kamu tanya begitu?”
Anak: “Soalnya akhir-akhir ini mami cuma perhatian ke adik. Dulu mami masih suka nyuapin aku, pakaikan baju. Sekarang nggak lagi. Jadi aku pikir mami lebih sayang sama adik daripada aku.”
Mami: “Oh, maaf ya. Mami nggak tahu kamu merasa begitu. Mami pikir karena kamu sudah besar dan bisa makan sendiri, kamu nggak butuh disuapin lagi. Kalau kamu masih mau disuapin, besok mami suapin lagi ya?”
Anak: “Iya, mami, tapi nggak usah tiap hari. Sekali-sekali aja.”
Mami: “Oke, kalau kamu mau, bilang aja ke mami ya.”
(Setelah itu, anaknya tersenyum senang.)
Setelah nonton video ini, aku langsung tercerahkan! Ternyata, bukan hanya tim baru yang butuh perhatian, anggota tim lama juga mungkin kadang-kadang butuh perhatian dan komunikasi. Sebelumnya, aku selalu melihat dari sudut pandang “ibu” alias leader, bukan dari sudut pandang anggota tim. Dari sini, aku belajar kalau komunikasi terbuka sangat penting. Jadi, bukan cuma asumsi atau dugaan, tapi benar-benar mendengarkan apa yang dirasakan oleh anggota tim.
Kalau di video tadi si anak nggak mengungkapkan perasaannya, dan malah hanya ngambek atau menyimpan perasaan itu sendiri, masalahnya nggak akan pernah selesai. Dan ini sama seperti hubungan leader dengan tim — kalau nggak ada komunikasi yang baik, masing-masing pihak bisa merasa frustrasi karena nggak tahu apa yang dirasakan atau diinginkan satu sama lain.
Poin yang aku pelajari:
• Komunikasi terbuka itu penting banget dalam tim. Ini yang bikin kita bisa terus berkembang.
• Leadership bisa kita pelajari dari mana saja, bahkan dari kisah parenting atau anak kecil!
Semoga cerita ini bisa memberikan insight baru buat teman-teman, terutama yang juga masih baru jadi leader.
Top comments (0)