Mengembangkan dan mengelola software dalam skala besar tidak lepas dari berbagai problem yang sering muncul. Memahami jenis problem ini penting agar kita bisa mengatasinya dengan solusi yang tepat. Berikut beberapa problem umum dalam software environment, disertai contoh nyata dari praktik di industri.
1. Thundering Herd Problem
Kasus nyata: Saat cache di sistem dengan traffic tinggi (misalnya profil artis besar di media sosial) kedaluwarsa, jutaan request serentak masuk ke database. Akibatnya DB overload dan menyebabkan downtime. Facebook dan Twitter pernah menghadapi ini.
Solusi:
- Gunakan request coalescing (hanya satu request ke DB, sisanya ikut hasilnya).
- Terapkan cache stampede protection seperti soft TTL atau stale-while-revalidate.
2. Race Condition
Kasus nyata: Di sistem pembayaran online, dua transaksi serentak bisa mencoba mengurangi saldo akun yang sama. Jika tidak ada lock, saldo bisa jadi minus atau tercatat ganda. PayPal dan e-commerce sering menghadapi ini.
Solusi:
- Gunakan mutex/lock pada resource kritis.
- Terapkan atomic transaction di level database.
3. Deadlock
Kasus nyata: Sistem booking hotel di mana satu service mengunci tabel rooms
sementara service lain mengunci tabel reservations
. Keduanya saling menunggu lock dilepas sehingga sistem macet. Banyak sistem legacy ERP pernah mengalami masalah seperti ini.
Solusi:
- Terapkan urutan pengambilan resource yang konsisten.
- Gunakan timeout pada query atau transaksi.
- Implementasikan deteksi deadlock di DBMS (misalnya MySQL dan PostgreSQL sudah punya).
4. Memory Leak
Kasus nyata: Aplikasi backend Java yang terus-menerus membuat objek session tapi tidak pernah membuangnya. Setelah beberapa jam berjalan, memory habis dan aplikasi crash. Masalah ini pernah terjadi pada layanan internal Google sebelum mereka memperketat monitoring memory.
Solusi:
- Gunakan profiler (misalnya VisualVM, pprof di Go).
- Pastikan resource dilepas setelah selesai dipakai.
- Terapkan garbage collection tuning sesuai workload.
5. Configuration Drift
Kasus nyata: Aplikasi berjalan baik di staging, tapi error di production karena versi library berbeda. Banyak perusahaan besar seperti Netflix mengadopsi container agar environment seragam.
Solusi:
- Gunakan Infrastructure as Code (IaC) seperti Terraform atau Ansible.
- Terapkan containerization (Docker/Kubernetes).
6. Scaling Bottleneck
Kasus nyata: Aplikasi e-commerce menambah banyak server web, tapi database tunggal jadi bottleneck. Amazon dulu mengalami masalah ini sebelum mereka memecah sistem menjadi microservices.
Solusi:
- Identifikasi bottleneck lewat monitoring.
- Terapkan horizontal scaling (sharding, replica DB).
- Gunakan microservices agar beban terbagi.
7. Latency Spikes
Kasus nyata: Layanan streaming video tiba-tiba lambat saat satu service dependency gagal merespons. Netflix menghadapi ini dan mengembangkan library Hystrix untuk circuit breaker.
Solusi:
- Gunakan circuit breaker untuk dependency eksternal.
- Terapkan caching di layer strategis.
- Lakukan load testing secara rutin.
Kesimpulan
Problem di software environment bukan hal teoritis, tetapi nyata dan sering terjadi di sistem skala besar. Dengan mempelajari contoh dari perusahaan seperti Facebook, Amazon, dan Netflix, kita bisa menerapkan solusi yang terbukti efektif agar sistem tetap stabil, efisien, dan scalable.
Top comments (0)